Selasa, 25 Oktober 2011

50 hal paling Romantis dalam Pacaran

1. Mandangin matahari terbenam bareng
2. Saling berbisik
3. Masak buat doi
4. Jalan berdua pas hujan
5. Pegangan tangan
6. Beliin kado/hadiah buat doi
7. Memberikan bunga Mawar
8. Cari cologne/parfum/wangi2an yang doi demen en pake tiap kali bareng doi
9. Jalan bareng di pantai tengah malem
10. Tulisin puisi buat doi
11. Pelukan tuh obat yang umum buat doi
12. Bilang I love You
13. Kasih doi kado yang beda
14. Ngomong ke doi bilang dia tuh satu2nya orang yang kamu sayang. Jangan bo’ong!
15. Habiskan tiap detik bareng2 doi
16. Memandang mata doi
17. Pas remang2 angkat dagu doi, pandangin mata doi, bilang ke doi kamu sayang ama die. En—kiss doi
18. Pas lagi rame, saling gandengan
19. Selipin pesan yang nyatain kamu sayang ama die pas dia gak tau
20. Beliin doi cincin
21. Nyanyi bareng doi
22. Selalu pegang doi di sekitar pinggang
23. Bawa doi pegi makan bareng en makan malem bedua
24. Spaghetti? (pernah liat cewek dengan petualangan?)
25. Pegang tangan doi, tatap mata doi, kiss tangan doi en simpen di ati kamu
26. Dansa bareng doi
27. Aku demen pas doi sedang tidur yang keliatan tanpa dosa di pangkuan ku
28. Lakukan hal yang manis
29. Minta ijin buat nelpon doi tiap 5 menit
30. Pas kamu lagi sibuk bikin sesuatu, tinggalin buat hubungi doi en ngomong gua sayang ama lu
31. Hubungi doi dari tempat kerjamu buat ngomong klO Kamu lagi mikirin doi
32. Inget apa yang jadi cita2 Kamu en kasi tau doi ttg cita2mu itu
33. Dengerin apa yang doi bilang en dukung doi
34. Bilang ke doi rahasia/masalah yang kamu adepin
35. Kasih kesan yang baek ke ortu doi
36. Sisirin rambut doi dari wajah doi
37. SMSan ma Doi sepanjang hari
38. sembayang bareng doi
39. Bawa doi pegi nonton film yang romantis en inget bagian film yang doi demen
40. Saling mempelajari en jangan buat kesalahan yang sama 2 kali
41. Buat kegembiraan yang kamu rasain pas waktu kamu cuma bedua
42. Saling mau berkorban
43. Bener-bener saling menyayangi
44. Enggak pernah ngelupain doi sedetik pun selama hari memberi, en pastiin doi tau hal itu
45. Sayangi diri sendiri dulu sebelom sayangi orang laen
46. Pelari bahasa laen buat ngomong hal yang manis
47. Kirimin lagu dari radio buat doi
48. Telpon bareng doi sampe tidur
49. Belain doi pas ada seseorang ngomong kasar ke doi
50. Gak pernah lupain ciuman selamat malem. En gak pernah lupa ngomong “mimpi indah” ke doi

Sabtu, 01 Oktober 2011

Asal Usul Desa Mainan

Dahulu kala hiduplah seorang raja yang bernama Singosari yang tinggal di sebuah istana. Beliau memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Pangeran Putra Singosari dan istrinya bernama Dewi Wangi. Mereka bertiga hidup bahagia karena saling menyayangi.
Suatu hari musibah terjadi pada keluarga tersebut. Karena suatu peristiwa yang tragis Dewi Wangi meninggal dunia. Kesedihan yang mendalam dirasakan oleh raja Singosari dan Putranya karena kehilangan orang yang sangat mereka cintai. Sejak ibunya pergi, Putra Singosari selalu terlihat sedih. Raja sangat tidak tega melihat kesedihan putranya. Sepeninggal istrinya, raja pun menikah lagi. Raja berharap kesedihan yang dirasakan anaknya akan hilang.
Apa yang menjadi harapan raja tidak terjadi sama sekali. Perempuan yang dinikahi Raja Singosari sangat tidak menyukai Putra Singosari. Setiap hari putra Singosari dimarahi dan disiksa ibu tirinya. Semua yang dilakukan ibu tirinya tanpa sepengetahuan sang raja.
Suatu hari Putra Singosari disuruh ibu tirinya mencuri uang Raja. Pada saat itu raja sedang pergi. Putra Singosari tidak mau karena ia tahu bahwa mencuri adalah perbuatan yang jahat dan dilarang. Karena tidak mau, putra singosari pun dicambuk dengan sangat kuat.
Setelah beberapa hari pergi, raja pun kembali ke istananya. Setiba di istana, yang pertama kali ia lihat adalah putranya. Ia melihat putranya tidak seperti biasanya. Putranya kelihatan sangat sedih. Ia juga melihat banyak tanda-tanda kemerahan di tubuh anaknya.
“Wahai anakku, mengapa engkau tampak sangat sedih?”
“Tidak ayahnda, hamba tidak sedih.” Jawab Putra Singosari sambil mencoba tersenyum gembira.
“Apakah kau sakit, anakku?”
“Tidak ayahnda. Hamba sehat-sehat saja.”
“Mengapa tubuhmu merah-merah seperti bekas cambukan?”
“Oh, ini cuma luka biasa. Tadi hamba jatuh dari pohon.”
“Lain kali hati-hati ya, Nak. Ayahnda tidak ingin kamu celaka. Ayahnda tidak ingin melihat kamu sedih.”
“Baik, ayahnda. Hamba berjanji akan lebih berhati-hati,” jawab Putra Singosari. Sebenarnya Putra Singosari ingin sekali mengungkapkan kejadian yang sebenarnya, tetapi ia tidak berani. Ia takut nanti akan mendapat perlakuan yang lebih sadis dari ibu tirinya.
Suatu hari terjadi peperangan di sebuah desa yang letaknya sangat jauh dari wilayah kekuasana raja Singosari. Peristiwa ini mengharuskan raja untuk pergi ke wilayah peperangan itu untuk membantu desa tersebut.Kali ini kemungkinan raja akan pergi cukup lama. Sebelum berangkat, ia menemui anaknya dan berpesan, “Jagalah dirimu baik-baik anakku. Ayahnda tidak ingin melihatmu sedih apalagi sakit. “
“Baik ayahnda, Hamba berjanji akan baik-baik saja.” Jawab Pangeran Putra Singosari padahal dalam hati ia merasa sangat sedih. Selama ayahndanya pergi pasti ia akan mengalami hari-hari yang sangat menyakitkan.
Kepergian Raja Singosari membuat ibu tirinya leluasa beraksi. Ibu tirinya langsung memerintah anak tirinya sekehendak hatinya. Ibu tirinya memperlakukan Pangeran Putra Singosari tak ubahnya seperti pembantu. Kalau yang dikerjakan Pangeran tidak sesuai , pukulan dan siksaan akan diterima pangeran. Lama-kelamaan Pangeran tidak sanggup lagi. Ia pun pergi dari istana.
Kepergian Putra Singosari dari istana mengejutkan semua pegawai istana. Mereka pun sibuk mencari pangeran ke mana-mana. Akan tetapi, pangeran tetap tidak ditemukan. Ibu tiri pangeran sangat senang mengetahui pangeran tidak ditemukan. Ia malah berharap pangeran sudah mati dimakan binatang buas. Kematian pangeran melicinkan rencananya untuk menguasai semua harta Raja Singosari.
Di luar istana Putra Singosari berjalan keluar masuk hutan. Ia tak tahu mau ke mana, hingga suatu hari sampailah ia di sebuah desa. Desa yang didatangi Putra Singosari terbagi dua, yakni sebelah ulu dan sebelah ilir. Ia pun menginap di salah satu rumah penduduk. Penduduk di sana ramah-ramah. Mereka tidak keberatan menerima Putra Singosari. Putra Singosari pun bertahun-tahun tinggal di desa tersebut hingga ia tumbuh menjadi pemuda yang gagah berani dan suka menolong.
Desa sebelah ilir banyak dihuni setan. Desa sebelah ilir selama ini menjadi tempat tempat bermain setan-setan. Setan juga suka mengganggu penduduk desa. Penduduk desa hidup dalam ketakutan. Karena tidak tahan selalu diganggu, mereka pun meminta bantuan Putra Singosari yang sudah terkenal gagah berani dan suka menolong untuk mengusir setan. Putra Soingosari bersedia membantu penduduk.
Dengan gagah berani Putra Singosari berjuang mengusir setan hingga setan -setan itu berlarian. Sejak saat itu setan-setan tidak lagi berani mengganggu penduduk. Karena pernah menjadi tempat bermain setan, desa itu diberi nama Desa Mainan. Di desa itulah Putra Singosari bertemu dengan ayahnya. Raja Singosari pun akhirnya menetap di Desa Mainan dan mereka hidup bahagia. Desa mainan terletak di Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.

Putri Biyuku

Pada zaman dahulu, di sebuah hutan berdirilah sebuah kerajaan yang sangat megah. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang selalu bertindak semena-mena. Ia selalu berbuat tidak adil dan senantiasa mementingkan dirinya sendiri. Karena itu, rakyat sangat membenci rajanya. Akan tetapi, dia mempunyai isteri yang sangat baik hati dan selalu patuh pada perintahnya. Sang istri memahami bahwa Raja bersikap dan berperilaku buruk dikarenakan raja sangat menginginkan keturunan. Setelah sekian lama menikah, mereka belum dikaruniai anak satu pun. Istrinya merasa bersalah karena dia tidak bisa memberikan keturunan kepada suaminya.
Suatu hari istri Raja jatuh sakit. Raja begitu mencemaskan keadaan isteri karena ia sangat mencintai istrinya. Raja pun memanggil tabib kerajaan untuk memeriksa istrinya. Setelah memeriksa keadaan istri raja, tabib kerajaan mengucapkan selamat kepada Raja. Ternyata, istri raja tidak sakit, melainkan sedang hamil. Raja begitu terkejut mendengar kehamilan istrinya. Tentu saja raja menjadi sangat senang karena dia akan mempunyai keturunan. Raja merayakan kegembiraannya dengan mengadakan pesta besar-besaran bersama rakyatnya. Semua orang bahagia dalam pesta itu.
Selama istrinya hamil,Raja semakin menyayangi istrinya. Hampir setiap hari Raja memegang perut istrinya. Ia seakan tidak sabar menanti kelahiran anaknya dan ia sangat menginginkan anak laki-laki. Semua persiapan untuk kelahiran dipersiapkan oleh dayang-dayang kerajaan.
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Semua rakyat berkumpul untuk menyaksikan calon pemimpin mereka. Raja begitu terkejut dan kecewa bahwa yang lahir adalah perempuan bukan laki-laki, tetapi Raja tidak ingin merusak kebahagian istri dan rakyatnya. Raja menyadari harus bersyukur walaupun anak yang dilahirkan istrinya tidak seperti yang diinginkannya selama ini. Raja menamai anak perempuannya Putri Biyuku. Putri Biyuku artinya putri kura-kura karena pada saat putri dilahirkan muncul segerombolan kura-kura yang sangat besar di luar istana. Kura-kura itu ikut menanti kelahiran Putri Biyuku. Setelah Putri Biyuku lahir, segerombolan kura-kura itu pun pergi meninggalkan kerajaan.
Setelah anaknya lahir, sikap dan perilaku Raja berubah. Raja itu menjadi yang adil, bijaksana, dan selalu mementingkan kemakmuran rakyatnya. Perubahan sikap Raja itu dikarenakan ia telah dikaruniai keturunan yang sangat cantik jelita. Putri Biyuku sangat dimanja oleh kedua orangtuanya.
Seiring berambahnya waktu, Putri Biyuku tumbuh menjadi gadis remaja. Tidak disangka-disangka, Putri Biyuku mewarisi sifat-sifat buruk ayahnya. Raja juga tidak tinggal diam, dia terus berusaha agar anaknya dapat mengubah sifat buruknya.
Suatu hari Raja membuat sayembara untuk mencarikan jodoh anaknya. Raja berharap Putri Biyuku akan mengubah sifatnya. Banyak laki-laki yang mengikuti seyembara tersebut. Akan tetapi, selain menolak,Putri Biyuku juga menghina semua laki-laki yang berminat dengannya. Hingga suatu hari datanglah seorang pemuda yang mukanya sangat buruk dan dari golongan orang miskin. Pemuda itu datang ke kerajaan untuk mengikuti sayembara. Perlakuan yang sama juga didapatkannya. Bukan hanya cacian tapi juga pukulan diterima oleh pemuda itu. Tiba-tiba sosok pemuda itu berubah jadi pemuda yang sangat tampan. Ternyata, pemuda itu adalah seorang pangeran yang sengaja turun ke bumi untuk menyadarkan Putri Biyuku atas semua perilaku buruknya. Perbuatan buruk Putri Biyuku tidak dimaafkan lagi. Pangeran pun menyihir Putri Biyuku menjadi kura-kura.
Raja sangat sedih melihat anak yang sangat disayanginya telah berubah menjadi kura-kura. Namun, apa daya, Raja tidak bisa berbuat apa-apa. Ia berusaha mengikhlaskannya. Putri Biyuku pun pergi ke sungai yang ada di dalam hutan dan tidak kembali lagi untuk selama-lamanya. Karena begitu sayang dengan putrinya dan untuk mengenang Putri kesayangannya, Raja menamai hutan tempat putrinya tinggal dengan nama hutan Biyuku. Karena Raja tidak mempunyai keturunan untuk meneruskan kepemimpinannya, lambat laun kerajaan itu pun runtuh. Hutan Biyuku sekarang menjadi sebuah desa yang bernama Desa Biyuku. Desa Biyuku terletak di Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.

Antu Ruak Belekang

Zaman dahulu di sebuah desa hiduplah dua orang anak yatim Piatu. Kakaknya bernama Bujang Lematang dan adiknya bernama Tanjung. Mereka hidup dalam kemiskinan. Mereka berdua saling menyayangi. Lematang berwajah tampan, orangnya baik, beriman, dan pemberani, sedangkan adiknya seorang yang sangat penakut.
Suatu hari Tanjung menangis karena kelaparan. Tidak ada sedikitpun makanan yang dapat mereka makan.Bahkan, untuk memasak pun, mereka tidak mempunyai api.
“Kak, lapar! Apa yang bisa aku makan? Api untuk masak pun kita tak punya,” “Iya Dik. Kalau begitu, sekarang kakak pergi dulu untuk mengambil api ke gunung” jawab Lematang. Ia pun berpesan,“ Adik tidak usah takut. Kalau nanti datang Antu Ruak belekang dan dia memanggil-manggilmu, janganlah sekali-kali engkau jawab.Selama Kakak pergi, tinggallah engkau di atas langit-langit.”
“kak aku lapar nian , tapi cak manela makanan kite dek katik, apelagi api,”ujar Tanjung sambil memegang perutnya karena menahan lapar.
“La ngape adek tu tak ngomong ngan Kakak. Kalu mek tu, kakak pegi ngambek api ke gunung,” jawab Lematang. Ia pun berpesan, ”Adek jengan takut kalu Antu Ruak belakang detang. Kalu die manggel kau jengan kau simbet, diem ke be. Selame kakak pegi kau ngimbang di atas palang”.
Setelah menyembunyikan adiknya, Bujang Lematang segera pergi ke gunung.
Berhari-hari Bujang Lematang pergi keluar masuk hutan. Akhirnya, sampailah ia di gunung untuk mengambil api. Sementara adiknya menunggu di rumah dalam ketakutan bukan kepalang.
Suatu hari di saat Tanjung sedang ketakutan, datanglah Antu Ruak belekang. Antu Ruak belekang sangat ditakuti di desa karena ia sering memakan manusia.
“Celendup-celentam,”terdengar suara hentakan kaki Antu Ruak belekang.
Tanjung hanya bisa terdiam di tengah ketakutannya.
“Celendup-celentam. Ini rumah siape?” tanya Antu Ruak belekang.
“Rumah kakak Bujang Lematang. Die lagi pegi ke gunung mintak api. Sudah sebulan sepulo ari,” sahut Tanjung.
Antu Ruak belakang naik ke tangga rumah, “celedup-celentam”tangge siape ini?”
“Tangge kakak bujang Lematang. Die lagi pegi ke gunung mintak api. Sudah sebulan sepulo ari,” jawab Tanjung.
Antu Ruak belakang naik ke teras. “celedup-celentam”gerang siape ini?”
“Gerang kakak Bujang Lematang. Die lagi pegi ke gunung mintak api. Sudah sebulan sepoloh ari,” jawab Tanjung.
Pintu rumah di buka Antu Ruak belakang. Secepatnya dicari sumber suara tadi. Antu Ruak belakang berhasil menemukan Tanjung. Tanjung langsung disantapnya hidup-hidup.
Bujang Lematang pun pulang. Dari kejauhan ia melihat pintu rumahnya terbuka. Tanpa mengingat lelahnya perjalanan yang telah rasakan, ia berlari secepatnya agar segera tiba di rumah. Ia khawatir akan adiknya yang sendirian di rumah. Ternyata, apa yang menjadi kekhawatirannya memang benar terjadi. Tanjung adiknya telah tiada. Kini yang tersisa hanya rambut, bekas darah, dan kuku adiknya. Kesedihan mendalam dirasakan Lematang karena kehilangan adik satu-satunya. Akan tetapi, secara tidak sengaja Lematang meletakkan sapu lidi ke rambut, bekas darah dan kuku adiknya.
“Hatciiiimm,” tiba-tiba Bujang Lematang bersin.
Keanehan pun terjadi. Tanjung hidup kembali. Kegembiraan Lematang pun tidak terlukiskan, walau ada rasa takkan percaya dalam dirinya kalau adiknya dapat hidup kembali.
Dasar Tanjung Anak yang manja. Kakaknya baru saja pulang dan belum lepas dari lelah, Tanjung menyuruh kakaknya pergi kehutan untuk mencari makanan. Akhirnya Lematang pergi tetapi,seperti biasa sebelum ia pergi menyembunyikan adiknya dan meninggalkan pesan.
“kalu Antu Ruak belekang detang, jengan lupe kau tutup idongmu supaye die dek tau kalu di rumah ado urang”.
Setelah itu pergilah Lematang dengan hati cemas.
“celedup-celentam”bunyi kaki Antu Ruak belakang.
Sayangnya pada saat itu Tanjung terlambat menutup hidungnya jadi kecurigaan Antu Ruak Belakang timbul karena waktu ia datang ia menciuym bau manusia, tetapi sekarang tidak. Tanpa berkata lagi Hantu bolong belakang lang masuk kerumah dan mencari-cari manusia untuk di santapnya.
Pada saat itu Bujang Lematangpulang di lihatnya pintu rumah terbuka ia tergesa-gesa karena takut hal yang lalu akan terulang kembali. Ketika Lematang sampai ia langsung berkelahi dengan Antu Ruak belakang, ternyata Lematang pun kalah dan ia pun dimakan Antu Ruak belakang tanjung kasihan melihat kakaknya di makan Antu Ruak Belakang ia pun keluar dari persembunyianya. Pada akhirnya kakak beradik ini meninggal dunia yang tinggal hanya rambut, bekas darah, dan kuku.cerita ini berasal dari desa pangkalan panji KM.38 kabupaten banyuasin III.

Asal Usul Desa Meranti

Dahulu kala hiduplah seorang petani yang kaya. Kekayaannya sangat melimpah. Dia mempunyai anak perempuan yang cantik jelita bernama Putri Merilianti. Ia sangat ditakuti di desanya, desanya bernama desa Talang Lama. Pak tani juga kaya tetapi pelit. Setiap kali warga datang ingin meminta bantuan setiap kali kembali tidak menimbulkan hasil.
Suatu hari datanglah seorang pemuda dari desa seberang, dia mendengar di daerah ini ada pak tani yang sangat pelit, dia ingin membuktikannya sendiri kepelitan pak tani, dia berpura-pura datang ingin meminta bantuan, pemuda itu berkata pada pak tani.
“ Pak tani, boleh saya meminta sepiring nasi ?”
“ Apa ? kamu ingin sepiring nasi ?” pak tani balik bertanya.
“ Ya, kalau pak tani membolehkan !”
“ Enak saja, di daerah ini lagi musim kering dan sawah kami lagi kekeringan, jdi tidak ada sepiring nasi untukmu.” Kata pak tani.
Melihat hal itu putri Merilianti merasa kasihan terhadap pemuda itu ia berkata pada ayahnya.
“ Ayah, mengapa ayah tidak memberikan sedikit nasi untuk dia? Padahal ayah adalah orang kaya didaerah ini.”
Lagi-lagi ayah menjawab dengan kata-kata kasar.
“ Apakah enak orang mencari sepiring nasi dengan susah payah, berpanas-panasan setiap hari, setelah itu dikasihkan dengan semudah itu apakah itu yang benar?”
“ Ayah memang tidak pernah memikirkan rakyat kecil maunya menang sendiri, ayah pelit!!”
Sambil putri belari masuk kedalam rumah. Pak tani dengan sikap pelitnya itu menjadikan dia orang yang sombong. Ia setiap hari tidur bersama ayamnya. Kebetulan rumah pak tani tingai, mempunyai empat buah tiang, tiang rumahnya terbuat dari kayu meranti. Dikarenakan dia tidur di kandang ayamnya ia sangat sayang dengan kasurnya yang sangat bagus, supaya tidak cepat rusak ia memilih tidur di kandang ayam.
Suatu malam pemuda itu datang lagi ia melihat pak tani tidur di kandang ayamnya. Ia langsung masuk ke rumah pak tani. Pemuda itu ke dapur dan dia merebus air, setelah air itu mendidih lalu disiramnya air itu ke tubuh pak tani yang ada di bawah rumah. Seketika itu pak tani tidak bernyawa lagi. Besok harinya ditemukan oleh warga bahwa pak tani telah meninggal. Akhirnya pemuda itu menikahi putri Merilianti. Mereka hidup bahagia, dan mereka dikaruniai seorang anak yang diberi nama putri Meranti, sejak itulah desa itu diganti namanya menjadi desa Meranti.

Asal Usul nama Pangkalan Panji

Dahulu kala di sebuah hutan belantara, tinggallah seorang pemuda yang sangat tampan dan baik hati. Pemuda itu tinggal bersama kakeknya di dalam rumah yang sangat sederhana yang beratap daun rumbia, dan berdinding papan. Kedua orang tuannya telah tiada. Kakeknyalah yang merawatnya sejak kecil. Pemuda itu bernama Panji.
Sang kakek memiliki ilmu bela diri dan juga memiliki kesaktian. Di bawah asuhan sang kakek, Panji diajarkan ilmu bela diri. Ia juga diajarkan hidup disiplin dan tidak sombong sebagai manusia. Bahkan, semua kesaktian yang dimiliki sang kakek pun diturunkannya kepada Panji karena sang kakek yakin Panji tidak akan menyalahgunakan ilmu yang telah diberikannya. Seiring bertambahnya waktu, Panji semakin mantap dengan ilmu yang diberikan sang kakek dan ia telah menguasai semua ilmu yang diajarkan sang kakek.
Seiring bertambahnya waktu, Kakek pun semakin bertambah umurnya. Tubuhnya semakin renta dan pandangannya pun sudah kabur dan sakit-sakitan.Hari itu sang kakek memanggil Panji.
“Panji cucuku, kemarilah!”
“Iya ,Kek. Aku di sini.” Panji mendekat dan memegang tubuh kakek.
“Panji cucuku, kakek sudah tua dan tidak ada lagi yang bisa kakek berikan kepadamu, mungkin umur kakek tinggal sebentar lagi.”
“Kakek!” ucap Panji dengan lirih.
“Kakek minta semua yang telah kakek berikan dapat kau gunakan dengan sebaiknya, jangan disalahgunakan.”
“Kek!” ucap Panji mencoba menahan emosi
“Setelah kakek tiada, pergilah ke kota, carilah pekerjaan dan hiduplah dengan uang hasil jerih payahmu. Akan tetapi, ingatlah, di kota banyak orang-orang jahat. Jagalah dirimu, jangan sampai engkau ikut-ikutan seperti mereka, tegakkanlah keadilan di sana!”
“Iya Kek, saya berjanji.” Jawab Panji mencoba meyakinkan kakeknya walaupun hatinya sangat sedih.
Tidak lama setelah kejadian itu, sang kakek meninggalkan Panji untuk selama-lamanya. Panji tak kuasa menahan air mata dan kesedihannya. Ia merasa sendiri. Setelah memakamkan kakeknya, ia pun melaksanakan pesan terakhir kakeknya.Ia tinggalkan tanah kelahirannya dan pergi ke kota.
Setelah lama berjalan, sampailah ia di kota. Ia pun bekerja dan tinggal di sana. Ia pun membuktikan sendiri ternyata apa yang disampaikan sang kakek memang benar. Perampok sangat sering terjadi. Saat melihat perampok beraksi, Panji langsung memberantasnya. Karena keberaniannya, Panji menjadi terkenal sebagai pemuda misterius yang berani melawan kejahatan.
Keberanian Panji melawan kejahatan sampailah ke telinga sang sang raja. Raja pun menyuruh pengawalnya untuk mencari Panji.
“Hulubalangku, ke marilah!”
“Duli Tuanku” jawab hulubalang.
“Segeralah kau Pergi mencari pemuda yang bernama Panji. Kudengar ia memiliki kesaktian yang tinggi dan bawalah ia menghadapku.”
“Baik Tuanku, hamba berangkat.”
Berangkatlah hulubalang raja untuk mencari pemuda bernama Panji. Setelah lama berjalan, akhirnya hulubalang raja berhasil menemukan Panji dan membawanya ke hadapan raja.
“Duli Tuanku, hamba Panji datang menghadap”
“Benar kau pemuda yang telah berani melawan setiap terjadi perampokan?” Tanya sang raja.
“Benar Tuanku,” Jawab Panji
“Aku telah mendengar keberanianmu dan kesaktianmu. Untuk itu, sekarang engkau kuangkat menjadi panglima perang kerajaan.”
“Hamba dengan senang hati menerima tugas yang Tuan berikan pada hamba.”
“Aku juga akan memberikan puteriku yang cantik ini sebagai istrimu”.
“Terima kasih, Tuan,” jawab Panji terbata-bata karena tidak menyangka raja memberinya sesuatu yang luar biasa, sesuatu yang tidak pernah terbesit dalam hatinya.
Panji pun diangkat sebagai panglima perang dan dinikahkan dengan putri raja.
Di bawah pimpinan Panji, negeri itu menjadi makmur dan terkenal akan kekuatannya. Perampok dan pemberontak ditumpas habis, sehingga negeri itu menjadi sejahtera. Setiap ada peperangan, Panji selalu berada di barisan terdepan.
Karena jasa besar Panji, raja akhirnya mengubah nama negeri mereka menjadi Pangkalan Panji. Nama pangkalan di ambil dari pelabuhan dagang kerajaan yang merupakan pangkalan kerajaan yang telah menjadikan negeri itu sejahtera. Panji dan istrinya hidup bahagia.

Asal Usul Tari Seluang Mudik

Dahulu kala di tepian Sungai Musi, di sekitar Desa Rantau Bayur dan Tebing Abang, tinggallah seorang bujangan yang hidup sendirian. Bujangan ini biasa dipanggil penduduk dengan sebutan Datuk Arenan. Karena usianya sudah sangat lanjut dan seumur hidupnya belum pernah menikah, tidak jarang orang menggelarinya dengan sebutan bujang tua.
Pekerjaan sehari-hari Datuk Arenan adalah mencari ikan di sungai. Ia mencari ikan dengan menggunakan ambat (rawai). Ambat adalah alat untuk mencari ikan yang dibuat dari rotan yang panjangnya sekitar 50 – 100 meter yang biasa digunakan oleh masyarakat sekitar. Di setiap 1 meter diletakkan kail yang diberi umpan. Pada bagian pangkal ambat diikatkan di pohon besar di pinggir sungai. Sementara di bagian ujung ambat diberi batu. Untuk mencari ikan ambat dibawa ke sungai dan ujung ambat diletakkan di tengah sungai. Ambat dipasang pagi atau sore hari dan diangkat pagi hari.
Seperti biasanya setiap pagi Datuk Arenan memeriksa ambatnya. Namun, tampaknya hari itu nasib baik tidak berpihak kepadanya.Di ambatnya tidak ada seekor ikanpun yang tersangkut, padahal saat itu sedang musim ikan mudik atau musim ikan kebangaran (mabuk). Pada musim itu biasanya air sungai warnanya berubah menjadi kehitam-hitaman dan berbau tidak sedap. Di antara ikan-ikan mabuk itu yang paling banyak adalah ikan seluang. Ikan seluang mabuk itu sangat mudah didapatkan. Memang saat itu sedang musim kemarau. Rupanya ikan seluang yang berlimpah itu tidak menarik minat Datuk Arenan dan malah ia memasang ikan seluang sebagai umpan di setiap kail yang ada di ambatnya.
Walaupun ia sempat kecewa tidak mendapatkan satu ekor ikan pun, Datuk Arenan tidak patah semangat. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Datuk Arenan melihat ambatnya. Rupanya, pagi ini Datuk Arenan kembali dibuat kecewa sebab tidak ada satu ikan pun yang melekat di ambatnya. Terpaksalah Datuk Arenan memasang lagi ambatnya dan menganti umpannya dengan yang baru. Setelah selesai, pulanglah ia ke rumah. Keesokan paginya ia periksa lagi ambatnya dan tetap tidak ada satu ikan pun yang ia dapatkan. Peristiwa ini berlangsung terus sampai satu minggu. Akan tetapi Datuk Arenan tidak pernah lelah. Tiap pagi ia terus berusaha dan tidak letih berharap sambil mengganti umpan dan memasang ambatnya.
Setelah satu minggu tidak mendapatkan hasil apa pun, tidak seperti malam-malam biasanya, pada malam itu itu Datuk Arenan tertidur sangat pulas. Dalam tidurnya ia bermimpi didatangi orang tua yang sangat bijak dan bersahaja. Orang tua itu mengenakan pakaian putih bersih, wajahnya berjenggot putih panjang, dan memegang tongkat layaknya seorang wali.
“Hai Datuk Arenan, jadilah Engkau orang yang sabar dan tabah. Besok pagi sekali pergilah Engkau melihat ambatmu dan akan Kau dapatkan keajaiban di sana,” ujar sang kakek.
“Keajaiban apakah yang akan aku temukan?” tanya Datuk Arenan.
“Aku tidak akan menjelaskannya. Sebaiknya Kau lihat sendiri keajaiban itu besok pagi,” jawab kakek.
Setelah mengucapkan kalimat tersebut, sang kakek langsung menghilang dan Datuk Arenan pun terbangun dari tidurnya. Ia sangat heran dengan mimpinya karena seumur hidupnya belum pernah ia bermimpi seperti itu. Ia terus memikirkan mimpinya itu dan tidak bisa tertidur lagi. Ia pun tidak sabar menunggu pagi hari.
Untuk membuktikan mimpinya, pagi-pagi sekali Datuk Arernan pergi ke sungai untuk menarik ambatnya. Suasana masih sangat sepi, belum ada satu orang pun yang ia temui di perjalanan. Saat menarik ambatnya, ia melihat pada kail kedua dan ketiga tersangkut alat tenun yang lengkap dan sangat bagus. Diambilnyalah alat tenun itu. Ia pasang lagi ambatnya.
“Bagus sekali alat tenun ini, punya siapakah gerangan? Apakah ini merupakan pesan dari mimpiku tadi malam?” tanya Datuk Arenan dalam hati.
Setelah itu Datuk Arenan pun pulang membawa alat tenun tadi. Karena hari masih sangat pagi, tak ada seorang pun yang melihat ia membawa alat tenun tersebut. Setiba di rumah dibersihkannya alat tenun itu sehingga alat tenun itu terlihat semakin bagus, tidak rusak dan bisa dipakai untuk menenun.
Malam harinya, kembali ia bermimpi didatangi kakek yang muncul dalam mimpinya malam kemarin.
“Datuk Arenan cucuku, hari ini sudah kau dapatkan keajaiaban itu. Akan tetapi besok pagi kau harus pergi lebih pagi lagi dan akan kau dapatkan keajaiban yang tak terbayangkan,” ujar kakek tersebut.
“Keajaiban apa lagikah yang akan aku terima, Kek?” tanya Datuk Arenan.
Sang kakek tidak menjawab, tetapi langsung menghilang. Datuk Arenan terbangun dari tidurnya dan terus memikirkan arti mimpinya itu.
“Apa ya, kira-kira yang akan terjadi besok pagi?” tanya Datuk Arenan di dalam hati.
Karena sibuk memikirkan mimpinya, ia tidak bisa tidur lagi. Seperti hari kemarin, ia pun tidak sabar menunggu pagi hari dan ingin mengetahui apa yang ia akan dapatkan besok.
Menjelang subuh, ia pergi.untuk memeriksa ambatnya. Karena hari masih gelap, ia tidak bertemu dengan seorang pun selama perjalanan ke sungai. Setelah sampai di tepi sungai, ia langsung menarik ambatnya. Benar! Kali ini ambatnya terasa berat sekali, tetapi ia tidak melihat satu ekor ikan pun yang melekat di kailnya. Dengan tidak berputus asa, ia terus menarik ambatnya. Pada bagian ujung ambat, ia melihat sesuatu yang berkilauan melekat di ambatnya. Semakin mendekati ujung ambat, barulah terlihat olehnya seperti kain yang berkibar-kibar berkilauan. Setelah mencapai ujung ambat, terlihat jelas yang melekat di ujung ambat adalah seorang wanita. Ia sangat terkejut. Diangkatnya wanita itu dan dibawanya ke pinggir sungai. Bajunya yang putih berkilauan basah kuyup oleh air dan wanita itu sangat kedinginan. Segeralah dibawanya wanita tersebut pulang ke rumahnya.
Setiba di rumah, Datuk Arenan langsung membuka lemari pakaiannnya. Dicarinya pakaian yang cocok untuk wanita asing tersebut. Kemudian ia teringat bahwa ia pernah menyimpan baju almarhum ibunya. Baju itu sudah lama sekali ia simpan. Dicarinya baju tersebut dan dan ia berhasil menemukannya. Ternyata baju itu masih bagus.
“Ini handuk, baju, dan kain yang bisa kau pakai. Segeralah ganti pakaianmu yang basah itu. Nanti kamu masuk angin,” ujar Datuk Arenan.
Wanita itu menurut saja. Ia menuju kamar dan mengganti pakaiannya.
Sementara itu, Datuk Arenan sangat bingung memikirkan apa yang harus dilakukannya. Mula-mula terbesik di benaknya untuk merahasiakan saja apa yang ia temukan pagi ini. Sesaat kemudian pikirannya berubah. Cukup lama ia memikirkan hal tersebut. Akhirnya, ia memutuskan untuk menceritakan apa yang dialaminya kepada krio di kampungnya.
“Ada apa Datuk, panas terik begini Datuk menemui saya. Pasti ada hal yang sangat penting yang ingin Datuk sampaikan kepada saya,” ujar krio.
“Ada hal penting yang ingin saya katakan.”
“Katakanlah, Datuk. Jangan sungkan-sungkan. Saya siap mendengarnya. Kalau memang ada masalah, mudah-mudahan saya bisa bantu.”
“Begini, Krio. Tadi pagi seperti biasa saya memeriksa ambat yang saya pasang. Namun, saya mendapatkan suatu keajaiban Di ujung ambat saya tersangkut seorang wanita yang tidak saya kenal. Sekarang wanita itu ada di rumah saya. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dan apakah yang saya lakukan ini sudah benar?”
“Benarkah Datuk apa yang Kau bicarakan?”
“Benar, Krio.”
“Jadi, sekarang ini wanita itu ada di rumahmu?”
“Betul, Krio.”
Cukup lama krio berpikir. Ia pun melanjutkan perkataannnya.
“Datuk adalah seorang laki-laki yang tinggal sendirian di rumah. Akan menjadi aib yang sangat besar kalau Datuk membiarkan wanita itu tinggal di rumah Datuk seperti sekarang ini. Menurut saya, karena Datuk belum punya istri, bagaimana kalau Datuk kawini saja wanita itu. Karena datuk yang menemukan wanita itu, Datuklah yang lebih berhak menjadi istrinya.”
Mendengar ucapan krio, Datuk Arenan sangat gembira. Tidak pernah terbayang dalam hidupnya bahwa ia akan menikah dengan seorang wanita yang sangat cantik dan selama ini kecantikannya belum pernah ditemui pada wanita-wanita di kampungnya.
Tidak lama setelah pembicaraan Datuk Arenan dengan Krio, diumumkanlah berita pernikahan Datuk Arenan. Setelah itu, diadakanlah pesta besar-besaran di kampung itu. Semua masyarakat bergembira. Pada acara perkawinan tersebut, Datuk Arenan dan istrinya mengenakan pakaian adat perkawinan. Istri Datuk Arena yang memang cantik, semakin cantik dangan dandanan pengantin tersebut. Semua warga pun mengakui dan memuji kecantikan istri Datuk Arenan sehingga Datuk Arenan merasa sangat bangga.
Setelah pesta pernikahan usai, istri Datuk Arenan berpesan kepada suaminya.
“Kak, aku ikhlas dan rela menjadi istri Kakak karena kebaikan Kakak yang telah menyelamatkanku. Namun, ada satu permintaanku agar rumah tangga kita tetap langgeng.”
“Permintaan apakah gerangan itu, Dik.”
“Permintaanku tidaklah berat. Aku hanya meminta pakaianku yang pertama kali kukenakan saat Kakak menemukanku hendaknya disimpan dengan baik dan jangan pernah memintaku untuk mengenakannya kembali.”
“Kalau hanya itu permintaanmu, tentulah aku sanggupi.”
Mereka berdua kemudian hidup berbahagia. Datuk Arenan tetap meneruskan kebiasaannya menangkap ikan. Istrinya di rumah saja. Pekerjaan sehari-hari istrinya, di samping malayani suaminya, ia menenun benang menjadi kain menggunakan alat tenun yang ditemukan Datuk Arenan sebelum menemukan dirinya.

****
Selang beberapa bulan kemudian, desa tersebut kedatangan tamu jauh. Tamu yang datang adalah rombongan dari Kesultanan Palembang yang pergi berburu. Karena kemalaman, rombongan pun menginap di desa itu.
Seperti biasa, setiap ada tamu yang datang, masyarakat mengadakan jamuan untuk menghormati tamu. Selain dihidangkan makanan, tamu juga disuguhi dan dihibur dengan nyanyian dan tari-tarian.
Malam itu, semua tamu merasa senang dan mereka sangat menikmati suguhan yang disajikan. Banyak warga yang turut hadir dalam jamuan itu, termasuk Datuk Arenan dan istrinya.
Setelah semua tarian dan nyanyian ditampilkan, para tamu yang terpesona dengan kecantikan istri Datuk Arenan meminta kepada krio agar mengizinkan istri Datuk Arenan menari. Disampaikanlah keinginan para tamu kepada Datuk Arenan. Datuk Arenan merasa sangat gembira. Ia merasa tersanjung dan mendapat kehormatan yang luar biasa.
“Baiklah kalau begitu, kami berdua pamit pulang sebentar untuk berganti pakaian,” kata Datuk Arenan kepada krio yang menyampaikan permintaan para tamu.
“Sebenarnya, pakaian yang dipakai istrimu sudah cukup bagus, tetapi kalau istri Datuk ingin berganti pakaian kami persilakan. Kami semua menunggu di sini,” jawab krio.
Setelah berpamitan, pulanglah Datuk Arenan beserta istrinya. Kerena jarak dari tempat perjamuan menuju ke rumah Datuk Arenan tidak terlalu jauh, sebentar saja mereka sudah sampai di rumah.
“Dik, rasanya tidak ada pakaian yang paling pantas kau kenakan pada kesempatan baik ini selain pakaian yang engkau kenakan waktu pertama kali kita bertemu. Kenakanlah pakaian itu Kau akan kelihatan semakin cantik dan mempesona.”
“Kak, bukankah Kakak sudah berjanji padaku untuk tidak menyuruhku memakai pakaian ini? Jadi, tolong jangan suruh aku memakainya. Lebih baik aku kenakan pakaian yang lain saja. Bagaimana kalau yang ini?” kata istrinya sambil menunjukkan baju yang cukup bagus yang baru selesai ia buat.
“Tapi, Dik, Kakak ingin engkau mengenakan pakaian ini. Kakak ingin sekali semua mata terpesona melihat kecantikanmu dalam balutan pakaian ini dan tentu ini akan membuat Kakak akan sangat bangga .”
“Kak, sekali lagi tolong, jangan…jangan Kakak paksa aku memakai pakaian ini. Aku takut Kak, kalau aku memakai pakaian ini akan terjadi keanehan yang aku yakin Kakak dan aku tidak menghendakinya. Percayalah padaku, Kak!”
“Percayalah Dik, Kakak yakin tidak akan terjadi apa-apa pada diri Adik. Sekarang cepat kenakan, mereka semua sudah menunggu kedatangan kita.”
“Jangan Kak, lebih baik aku memakai pakaian yang lain saja.”
“Ayolah Dik, cepatlah kenakan pakaian ini!”
“Baiklah kalau Kakak memaksa, saya akan turuti. Akan tetapi Kakak jangan pernah menyesal dan jangan menyalahkan saya jika terjadi sesuatu setelah saya mengenakan pakaian ini.”
Setelah mengenakan pakaian tersebut, mereka berdua pergi ke tempat perjamuan. Kemudian, menarilah istri Datuk Arenan pada acara jamuan itu. Keindahan tariannya membuat semua yang hadir terpesona. Gerakan tariannya yang lemah gemulai sangat menarik dan memikat hati. Semua bertepuk tangan dan memuji penampilan isri Datuk Arenan.
Istri Datuk Arenan terus menari dengan sungguh-sungguh.. Namun, semakin lama istri Datuk Arenan menari, timbulah keanehan. Perlahan-lahan kaki istri Datuk Arenan terangkat naik. Semakin lama tubuhnya melayang semakin tinggi dan terus naik hingga hilang dari pandangan mata.
Semua yang hadir terpaku, lalu menjadi panik. Mereka bingung seakan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Terlebih-lebih Datuk Arenan. Ia berlari-lari sambil menjerit-jerit memanggil istrinya.
“Dik, turun Dik, jangan tinggalkan Kakak sendirian. Kakak janji tidak akan menyuruhmu memakai pakaian itu lagi. Turunlah Dik!”
Berkali-kali Datuk Arenan menjerit memanggil istrinya. Setelah lelah menjerit dan berlari-lari, ia pun tersungkur di tanah.
“Oh Dik, mengapa kau tinggalkan kakak sendirian. Belum lama kita bertemu, mengapa Kau tega meninggalkan Kakak dengan cara seperti ini,” ucap Datuk Arenan sambil tak henti-hentinya menangis dan menyesali tindakannya.
Warga yang mendengar ratapan Datuk Arenan pun turut hanyut dalam kesedihan. Tidak sedikit pula yang meneteskan air mata. Salah sorang warga membimbing Datuk Arenan pulang ke rumahnya.
Malam itu datuk Arenan terus memanggil-manggil istrinya sambil matanya menatap ke langit.
Setelah kejadian itu Datuk Arenan terus dalam kesedihan. Sambil meratapi kepergian istrinya, ia menggerak-gerakkan tubuhnya mencoba mengikuti gerakan tarian istrinya sebelum pergi. Ia ingat setiap gerakan istrinya. Setiap hari ia menari menirukan gerakan istrinya. Semakin sering ia menari, semakinlah ia sadar tarian istrinya itu seperti gerakan ikan seluang.
Untuk terus mengenang istrinya, Datuk Arenan pun mengajarkan garakan tarian istrinya kepada gadis-gadis di desanya. Tarian yang diajarkannya inilah yang diberi nama tari seluang mudik.

Asal Usul Bom Berlian

Dahulu Kala ada suatu dermaga yang sangat ramai di kunjungi oleh para pedagang. Dermaga itu terletak di desa ujung. Di desa ujung ada saudagar kaya raya dan arif bijaksana. Ia biasa disapa orang dengan sebutan Pak Thalip. Pak Thalip mempunyai anak gadis yang sangat cantik. Kecantikannya bagai bidadari yang turun dari kayangan dan bagaikan berlian yang sudah diasah. Kepribadiannya sangat baik, tingkah lakunya sangat sopan, santun, dan ia juga tidak sombong Tidak heran orang-orang di desa ujung sangat senang kepadanya. Gadis itu bernama Munai.
Suatu hari seorang pemuda bernama Muning Saka yang berasal dari desa seberang datang ke desa ujung. Muning Saka pergi dari rumahnya karena orang tuanya ingin menjodohkannya dengan seorang gadis yang juga tinggal di desa ujung. Pemuda itu sangat tampan, gagah, berani, dan bijaksana. Pemuda tersebut datang ke desa ujung untuk mencari istri pilihannya sendiri. Ia ingin mencari istri yang ia cintai.
Setelah beberapa hari tinggal di desa ujung, ia belum juga berhasil menemukan gadis pujaan hatinya. Akan tetapi, ia tidak putus asa. Ia tetap tinggal di desa itu karena masyarakat di sana sangat ramah. Hal tersebut membuat Muning Saka betah tinggal di sana.
Suatu hari Muning Saka mendengar kabar bahwa di desa ujung ada seorang saudagar kaya yang mempunyai seorang anak gadis yang cantik luar biasa. Muning Saka sangat penasaran dan ia ingin membuktikan sendiri kebenaran berita tersebut. Ia tidak percaya sebelum melihatnya sendiri. Ketika ia sedang duduk santai di atas kapal, dia melihat di sekitar dermaga ada seorang gadis yang sangat cantik. Ia amati baik-baik tingkah laku gadis itu. Sifat gadis itu terhadap orang-orang yang dijumpainya sangatlah sopan dan ramah. Muning Saka terpesona dan terkagum-kagum kepada. Ia pun menetapkan bahwa gadis yang dilihatnya itulah yang cocok untuk jadi pendamping hidupnya. Bertanyalah ia kepada orang-orang desa ujung tentang gadis cantik tersebut. Ternyata, gadis itu bernama munai. Muning Saka terkejut dan termenung ketika mendengar nama Munai. Munai adalah gadis yang ingin dijodohkan dan dinikahkan dengannya.
Pada suatu kesempatan Muning Saka mendatangi rumah Pak Thalip dengan maksud melamar munai. Dengan berani dia menyampaikan tujuan kedatangannya kepada Pak Thalip. Ia disambut dengan baik oleh Pak Thalip dan lamarannya pun diterima dengan senang hati.Munainya pun tidak keberatan sama sekali untuk menikah dengan Muning Saka. Ternyata, Munai telah menyukai Muning Saka sejak pertama kali melihatnya.
Hari pernikahan pun ditentukan. Muning Saka pulang ke rumahnya untuk memberitahukan kepada keluarganya dan ia akan kembali menjelang hari pernikahan.
Menjelang pernikahan, Pak Thalip bersama istrinya pergi untuk mengabarkan berita pernikahan munai.
“Munai anakku. Bapak dan Ibu akan pergi mengundang saudara-saudara kita. Bapak dan Ibu ingin hari pernikahan kamu nanti mereka semua bisa datang.”
“Iya, Pak.”
“Hati-hatilah di rumah.” Pesan Pak Thalip kepada anaknya.
Saat Pak Thalip dan istrinya pergi,datanglah segerombolan perampok memasuki rumah Pak Thalip. Gerombolan perampok tersebut mendatangi rumah Pak Thalip karena mereka merasa penasaran mendengar kabar tentang kecantikan Munai. Selain itu, mereka juga ingin mengambil harta Pak Thalip yang sangat banyak. Perbuatan perampok tersebut sangatlah keji. Selain mengambil semua harta Pak Thalip mereka juga memaksa munai melayani nafsu bejat mereka. Munai berusaha melawan, tetapi ia tidak berdaya melawan gerombolan perampok tersebut. Mulai diperkosa secara bergantian. Setelah puas, mereka membunuh Munai dan tubuh Munai mereka cicang seperti mereka mencincang hewan.
Ketika pak Thalip dan istrinya pulang, mereka sangat terkejut melihat kenyataan yang harus mereka terima.
“Anakku,” Jerit Pak Thalip dan istrinya. Mereka berlari meraih tubuh Munai yang sudah tidak karuan.
“Anakku Munai. Mengapa jadi begini, anakku!” jerit Ibu Munai keras-kerasnya. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menjerit.“Bapak, apa yang telah mereka lakukan terhadap anak kita,”
“Bapak, aku menyesal telah meninggalkan Munai sendirian,”
“Aku juga menyesal, Bu.”
Pak Thalip dan istrinya segera mengabarkan kematian Munai kepada masyarakat dan keluarga Muning Saka.
Perih hati Muning saka menerima kabar kematian orang yang dicintainya. Ia pun berniat membalas dendam. Ia mengantarkan daging gajah yang dimasak dengan sangat sangat nikmat kepada gerombolan perampok. Daging gajah tersebut telah diberinya racun yang mematikan. Melihat sajian yang mengundang selera, gerombolan perampok langsung menyantap makanan yang diberikan Muning Saka kepada mereka. Setelah menyantap makanan tersebut, satu-persatu dari gerombolan perampok tersebut rubuh dan meninggal. Muning Saka mencincang tubuh para perampok seperti mereka mencincang munai. Tubuh para perampok itu dibuangnya ke laut.
Berita kematian munai membuat gempar desa ujung. Mereka membicarakan kematian seorang gadis cantik yang baik hati, berbudi luhur, sopan santun serta kecantikannya pun bak berlian yang berkilauan. Untuk mengenang kematian munai, masyarakat desa ujung mengganti desa ujung dengan nama “Bom Berlian”. “Bom”artinya gemparnya berita kematian munai, sedangkan “berlian”artinya kecantikan seorang gadis dan sifat yang berbudi luhur bagaikan berlian. Bom Berlian terletak di Pangkalan Balai, Banyuasin III, Sumatera Selatan.

Betu Beleh Betu Betangkop

Dahulu kala di sebuah desa di pangkalan balai hiduplah seorang janda denngan kedua anaknya. Anaknya yang pertama berumur 10 tahun dan anaknya yang kedua masih bayi. Mereka telah menjadi yatim.
Ibunya mencari nafkah untuk kedua anaknya yang masih kecil-kecil itu. Mereka hidup sangat sederhana. Mereka mencari apa saja yang ada di hutan untuk dimakan. Ibunya juga mencari ikan di sungai dan dapatlah seekor ikan mas besar. Dibawanya ke rumah lalu dimasaknya. Tertapi ikan ma situ belum dimakan dan disimpan dalam lemari.
Sore hari ibu mencari jangkrik di hutan untuk dimakan. Selam berjam-jam ia mencari jangkrik untuk menjadi samtapan bagi mereka atau pun dijual. Hasil penjualan jangkrik dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Setelah ia medapatkan jangkrik yang banyak ia pulang ke rumahnya. Dilihatnya makanan telah habis. Anaknya yang bersikap kurang ajar kepada ibunya. Jangkrik-jangkrik yang ditangkap dari sore hingga malam itu dilepaskannya saja. Apa boleh buat. Ibuhnya menangis karena sikap anaknya yang kurang ajar terhadapnya.
Ia pun pergi ke hutan dan menangis di balik batu besar.
“Ya uhan, alangke kurang ajar anakkum temukelah aku dengan batu betangkop, gek aku ditelannya dem tu ak ketemu lagi dengan anakku.”
“Kau diamlah. Aku batu betangkop yang kau cari. Aku akan menelanmuj jika kau mau,” ujar batu besar uyang ia duduki.
Seketika batu itu terbelah dan menelan ibu itu dan hanya jari ibu yang tersisa di luar batu. Anaknya mersa bersalah akan kelakuakn yang ia perbuat pada ibunya. Ia lalu mencari ibunya di huan. Sambil menggendongg adiknya yang masih bayi. Ia menjerit memanggil ibunya.
“Umak…Umak kau di mane oi umak, aku tak sengaje kurang ajr deng umak,”jeriytnya
Lalu ia treingat dengan omongan ibunya mengenai batu betangkop yang ada di hutan. Ia mencari bau tersebut sambil bertembang
“Betu belah, betu betangkup, jengan kau telan umakku, kau di mane.”
I menjerit selalu me,mangggil nama ibunya dan tak henti-hentinya bertembang. Adiknya menangis karena kelaparan ingin menyusu dengna ibunya.
Tiba=tiba sebuah batu besar memangilnya.
“Umakkmu sudah kumakan. Potonglah jempol tangan umakmu ini untuk adekmu,” ujar batu.
Dipotongnyalah jempol ibunya untuk menjadi pengganti ASI dari ibunya untuk adiknya. Ia berlari meninggalkan hutan dan mengingat kejadian itu sampai tua.

Senin, 26 September 2011

Burong Kuwaw

Pada zaman dahulu, di salah satu desa hiduplah seorang anak perempuan dan ibunya. Anak perempuannya bernama Siti Gelembung. Nasib Gelembung sangat malang. Setiap hari pagi-pagi sekali Gelembungan ditinggalkan Ibunya ke kebun dan menjelang malam Ibunya baru pulang ke rumah. Setiap sebelum pergi Ibunya selalu berpesan kepada Gelembungan agar tidak pergi kemana-mana apalagi pergi jauh dari rumah. Gelembung anak yang patuh. Dia selalu ingat pesan Ibunya, maka dia tidak pernah keluar rumah. Akibatnya, dia tidak mempunyai seorangpun teman. Sehari- hari ia hanya di rumah sendirian.
Setiap hari menjelang subuh dia selalu bangun lebih dahulu. Disiapkannya semua keperluan Ibunya. Setelah semuanya siap, ia membangunkan Ibunya.
“ Bu, hari ini di kebun panen tebu, ya?” tanya Gelembung pada suatu pagi setelah ibunya bangun.
“Iya, Nak.”
“ Bu, aku ingin sekali makan tebu. Pulang nanti bawakan aku tebu ya!”
“Iya kalau ibu ingat.”
Pagi itu seperti biasa pergilah ibunya ke kebun. Ternyata, Ibunya berpacaran di kebun. Pacar Ibunya bernama Nang Cik. Sambil memanen tebu mereka berpacaran. Semua hasil panen tebu yang bagus-bagus di berikan ibunya kepada Nang Cik. Sementara, tebu yang busuk dibawanya pulang. Setelah sore, Ibunya pun pulang.
“Hore, Ibu pulang. Pasti Ibu membawa tebu pesananku. Iya kan Bu?”
“Ya, Nak,” kata Ibunya sambil memberikan tebu yang dibawanya.
“Bu, kok tebunya busuk semua?”
“Oh,sepertinya Ibu salah ambil.”
Hati gelembung menjadi sangat sedih. Apa yang dinantikannya seharian tidak diperolehnya. Keesokan harinya dia seperti biasa bangun pagi dan menyiapkan segala keperluan Ibunya. Setelah Ibunya bangun, Ia kembali menyampaikan keinginannya.
“Bu, hari ini aku ikut ke kebun ya?”
“tidak usah Nak, Di sana banyak pekerjaan, nanti kamu lelah.”
“Tidak apa-apa Bu, aku ikut ya Bu?” Gelembung kembali memohon kepada Ibunya.
“Tidak usah, kamu di rumah saja!”
“Ya sudah kalu begitu, tapi pulang nanti jangan lupa bawakan aku tebu, ya Bu!”
“Ya,” jawab Ibunya sambil meninggalkan Gelembung.
Seperti biasa, Ibunya berpacaran di kebun. Setelah sore Ia pulang dengan membawa tebu pesanan anaknya.
“Ini tebu pesananmu!”
Gelembung bergegas mengambil tebu yang dibawakan Ibunya. “Bu, kok tebu busuk lagi yang dibawa? Mana tebu yang bagusnya Bu?”
Ibunya langsung meninggalkan Gelembung tanpa menghiraukan pertanyaan Gelembung. Pedih hati Gelembung melihat sikap Ibunya. Ia pun bertembang
“Tebu sebetang umak sayang
Anak sekok Umak tak sayang
Anak sekok jedi burong
Burong kuwaw di pajer ari”
Nyanyian Gelembung terdengar sangat merdu. Beberapa hari kemudian, Ia terus meminta dibawakan tebu, tetapi selalu tebu busuk yang dibawakan oleh Ibunya. Setiap Ibunya membawakan tebu busuk, Ia selalu bertembang dan berdoa agar Ia ditumbuhkan sayap.
“Tebu sebetang umak sayang
Anak sekok Umak tak sayang
Anak sekok jedi burong
Burong kuwaw di pajer ari”
Suatu malam ia bermimpi bertemu ayahnya.
“Nak, kalau kau ingin tumbuh sayap dan berubah menjadi burung. Banyak-banyaklah bertembang. Jangan berhenti sebelum kau berubah menjadi burung,” pesan ayahnya.
Gelembung pun terbangun. Ia tidak sabar menanti pagi hari. Pagi itu, ia pun langsung bertembang, merdu sekali tembang yang ia nyanyikan.
“Tebu sebetang umak sayang
Anak sekok Umak tak sayang
Anak sekok jedi burong
Burong kuwaw di pajer ari”
Beberapa kali ia bertembang, tumbuhlah sayap ditangannya. Ia pun kembali bertembang.
“Tebu sebetang umak sayang
Anak sekok Umak tak sayang
Anak sekok jedi burong
Burong kuwaw di pajer ari”
Setelah berkali-kali bertembang, Gelembung berubah menjadi seekor burung. Ketika Ibunya melihat gelembung, ia sangat terkejut melihat anaknya telah berubah menjadi burung. Dikejarnya anaknya. Gelembung terbang ke suatu ranting pohon yang kecil. Ditebanglah pohon itu oleh Ibunya agar anaknya turun. Gelembung pun pergi ke pohon yang lebih tinggi.
“Nak turun Nak, nanti Ibu bawakan tebu yang bagus-bagus untukmu. Turunlah Nak, turun,” jerit Ibunya sambil menangis.
Gelembung semakin tinggi terbang meninggalkan Ibunya. Ibunya hanya dapat menyesali perbuatan yang ia lakukan pada anaknya. Lalu, Ibunya pun bertembang
“Tebu sebetang aku sayang
Anak sekok aku tak sayang
Anak sekok jedi burong
Burong kuwaw di pajer ari”
burung ini dikenal dengan sebutan Burung Kuwaw karena setiap pagi mengeluarkan bunyi “Kuwaw, kuwaw.”

Selasa, 15 Februari 2011

Biawak Sisir

Tersebutlah kisah persahabatan dua Raja yaitu Raja Seberang Lautan dan Raja Sebelah Lautan. Merekaa berjanji apabila salah satu di antara mereka mempunyai anak laki-laki maka mereka akan mendatangi yang mempunyai anak perempuan.
Ternyata Raja Seberang Lautan mendapat seorang anak laki-laki, sehingga Raja Seberang Lautan mendatangi Raja Sebelah Lautan, akan tetapi sang Raja merasa malu karena anaknya berbentuk Biawak Sisir bukan berbentuk manusia biasa.
Beberapa waktu kemudian Biawak Sisir tumbuh dewasa dan ia pun menemui ibunya dan berkata
“Ibu aku ingin jalan-jalan ke kerajaan Sebelah Lautan”
“tapi kamu tidak sama dengan manusia yang lain, Nak”.
Namun Biawak Sisir tetap bersikeras pergi ke kerajaan seberang Lautan.
Biawak Sisir terus berjalan sampai ke kerajaan Sebelah Lautan dan bertemu dengan seorang putri.
“Hai pemuda siapa namamu dan darimana asalmu? “Tanya Putri.
“Aku Biawak Sisir berasal dari kerajaan Seberang Laut mencari teman yang dapat
kujadikan tempat berbagi suka dan duka”
“Kalau begitu maukah kau ke rumahku”
“Baiklah” jawab Biawak Sisir.
Akhirnya sampailah mereka di rumah sang Putri, mereka bercakap-cakap dan bertukar cincin mencocokkan jari Biawak Sisir dan Putri.
Tak terasa hari petang Biawak Sisir berpamitan pulang ke rumahnya.
“Darimana saja kamu, Nak?” Tanya ibu
“Aku dari kerajaan Sebelah Lautan bu!” jawab Biawak Sisir.
Kemudian Biawak Sisir menceritakan pertemuannya dengan Putri Kerajaan Sebelah Lautan tersebut ia merasa tertarik dengan Putrid an memperlihatkan cincin, selendang, kain dan baju pemberian Putri Raja tersebut.
Kemudian Biawak Sisir memohon kepada ayahnya untuk melamar sang Putri Raja Sebelah Lautan pada malam purnama ini.
Ayahnya berkata “Tapi ayah malu Nak, kamu bukan seperti orang biasa”.
“Kita turuti saja lah Pak” jawab ibu.
Dengan berat hati ayah menuruti permintaan Biawak Sisir.
Biawak Sisir merasa senang dan gembira mendengar permintaannya dipenuhi.

Sampailah waktu yang telah ditentukan lamaran pun dilaksanakan. Mereka disambut oleh sang Raja Sebelah Lautan, Ayah berkata “Maafkan aku sahabat anakku tidak sama dengan orang lain ia adalah Biawak Sisir”.
“Tidak mengapa, lamaran kalian tetap kuterima apalagi mereka sudah saling cinta tapi ada satu syarat” jawab Raja
Ayah Biawak Sisir berkata “Apa syaratnya”.
“Aku minta Biawak Sisir membuat sebuah Negeri, kalau Biawak Sisir mampu memenuhi permintaanku maka aku akan menerima kamu menjadi menantuku” jawab Raja Sebelah Lautan.

Ayah biawak Sisir bertanya “Apakah kamu sanggup memenuhi permintaan ayah sang Putri”.
“Baiklah aku akan memenuhi permintaan Ayah sang Putri untuk membuat sebuah Negeri asalkan kami dinikahkan terlebih dahulu,” jawab Biawak Sisir.
Akhirnya pernikahan pun dilangsungkan, namun dua minggu pernikahan mereka ternyata permintaan Ayah sang Putri belum terpenuhi, melihat hal itu Ayah Putri marah “Hai Putri mengapa suamimu tidak menepati janjinya untuk membuat sebuah negeri, kalau ku tahu seperti ini tentu pernikahan ini tidak akan terjadi”. Mendengar hal itu Biawak Sisir berkata pada istrinya “Saya akan memenuhi permintaan ayahmu tapi tolong carikan jeruk nipis tujuh setangkai, budak turun tujuh”, kemudian Biawak Sisir mengajak istrinya ke laut untuk mandi, ia berpesan “jika kita sampai di laut ucapkanlah apa uang kau inginkan”
“Baiklah” jawab sang Istri

Sesampainya di laut sang istri berucap “Kembalikan suamiku seperti manusia biasa”. Biawak Sisir membakar kemenyan putih sambil berkata
“Jual anak jual kangkung kalau aku anak dewa terima sekali segala yang kuajung
(kuperintah) datang”.
Biawak Sisir turun ke laut dan menyelam cukup lama, tiba-tiba muncul kerumpang (kulit) Biawak Sisir itu lalu diambil oleh sang istri, tak lama kemudian muncullah seorang pemuda tampan yang tiada bandingannya. Pemuda itu tak lain adalah Biawak Sisir yang telah berubah wujud aslinya. Betapa senang hati sang Putri melihat suaminya telah menjadi manusia biasa.
Kemudian Putri diajak ke suatu tempat di tepi hutan, hutan tersebut dibakar dan dibersihkan, setelah dibersihkan Pemuda itu kembali membaca mantra “Jual anak jual anak kangkung kalau aku dewa turun sekali, segala yang kuajung (kuperintah) dating, jeramba emas banyak emas, angsa menjutai atau sampai ke laut”. Tiba-tiba keajaiban terjadi hutan yang telah merekaa bakar api pun reda tinggal asapnya kedua suami istri sudah berada di dalam istana yang sangat megah.
Akhirnya mereka pulang ke kerajaan dan menceritakan semuanya kepada Raja. Sebelum mereka pindah ke negeri baru itu Biawak Sisir berganti nama ‘MEGAT HARI’ Megat Hari kemudian menjadi Raja di negeri baru itu smapai turun temurun.

Puyang Beremban Besi

Sekitar abad ke 15 di Pangkalan Balai tepatnya di daerah Muara Tambangan (Boom Berlian) terdapat pemukiman yang bernama Talang Gelumbang. Pemukiman ini awalnya hanya terdapat tujuh buah rumah yang berdekatan, penduduk daerah tersebut bernama pencaharian pertanian dan perikanan, penduduknya hidup dengan damai, kemakmuran daerah tersebut terdengar oleh para perampok Selat Malaka mendatangi daerah tersebut untuk mengambil dan merampas harta benda dan menteror masyarakat setempat.

Alkisah tersebutlah seorang tokoh bernama Beremban Besi (Puyang Beremban Besi). Beremban Besi semasa kecil orang tuanya sudah meninggal, dia hidup sebatang kara hidupnya serba kekurangan dia pun sangat tidak terurus, rambutnya dibiarkan gondrong (panjang). Setelah berumur kira-kira tujuh tahun Beremban Besi diasuh oleh kakeknya yang berada di lihir Sungai Banyuasin untuk membantu kakeknya bercocok tanam.
Pada suatu hari cucu sang kakek (Beremban Besi) terjatuh dari ketinggian namun tidak sedikitpun terluka, karena peristiwa itu kakek Beremban Besi mulai sadar bahwa cucunya mempunyai kesaktian yang luar biasa kebal terhadap senjata tajam apapun, melihat itu maka Beremban Besi diajari ilmu bela diri untuk membela kebenaran.
Setelah Beremban Besi beranjak remaja, Beremban Besi melihat ada kapal besar yang menuju ke hulu Sungai Banyuasin, karena baru pertama kali Beremban Besi melihat kapal besar itu, ia pun bercerita pada kakeknya.
Kakek Beremban Besi kaget dan berkata “itu pertanda malapetaka bagi penduduknya”. Beremban Besi diperintahkan kakeknya ke hulu sungai untuk melihat para perampok merampas harta benda dan menyiksa orang namun tidak ada yang berani melawan.

Mengetahui hal itu Beremban Besi berteriak “Hai perampok hentikan kebiadaban kalian”. Namun, para perampok tidak berhenti bahkan semakin menjadi-jadi. Kepala perampok menjawab “Hai anak kecil pergi kau dari sini kalau tidak kau pun akan kubunuh”.

Akan tetapi Beremban Besi tidak menghiraukan bentakan kepala perampok itu sehingga terjadi perkelahian antara para perampok dengan Berembang Besi dalam perkelahian itu tombak, pedang dan senjata tajam para perampok tidak satu pun yang dapat melukai Berembang Besi. Perkelahian terus berlanjut sampai ke daerah hillir Talang Gelumbang (Muara Tambang), karena perkelahian berhari-hari di kawasan pohon nipah mengakibatkan pohon itu daunnya menjadi kuning, sehingga sekarang dikenal dengan Nipah Kuning.

Jumat, 11 Februari 2011

Asal Usul Pangkalan Balai

          Kisah ini menceritakan ada suatu perkampungan yang diberi nama 'Talang Gelumbang'. Penduduk awalnya hanya dihuni tujuh buah rumah oleh beberapa keluarga yang dipimpin oleh tiga tokoh masyarakat yaitu pertama Puyang Beremban Besi seorang pahlawan, penduduk asli yang mempunyai kekuatan kebaal terhadap berbagai senjata tajam, kedua Bujang Merawan selaku pimpinan Pemerintahan, dan ketiga adalah Cahaya Bintang selaku pimpinan adat.

           Di antara ketiga tokoh tersebut ada yang berasal dari Cirebon anak Mangkubumi dari kesultanan CCirebon karena kebijaksanaan dan wibawaa mereka, desa kecil itu terus berkembang, satu persatu rumah bertambah, karena banyak daya tarik dari desa ini, akhirnya desa ini menjadi perkampungan yang ramai.

          Mata pencaharian penduduk desa ini adalah bercocok tanam dan sebagai nelayan, kehidupan masyarakat desa ini selalu dalam suasana aman dan damai. Sekitar tahun 1600 datanglah seorang yang tak dikenal dengan kapal layar bernama 'Tuan Bangsali', beliau ternyata seorang ulama, beliau menyebarkan agama islam sehingga penduduk baik laki-laki maupun perempuan belajar agama islam.
           Tuan Bangsali memilih Thalib Wali sebagai orang kepercayaannya atau orang yang pandai ilmu agama.

           Setelah kedatangan Tuan Bangsali desa ini mengalami perkembangan yang pesat, karena kampung ini kecil dan kurang memadai maka pemimpin desa ini memperluas kampung dan memindahkan penduduknya ke seberang yang diberi nama Napal.
           Di desa Napal ini mereka membangun perkampungan baru dan banyak rumah kokoh berdiri, kemudian penduduk membangun sebuah Balai Desa yang cukup besar dan sebuah Pangkalan tempat berlabuhnya perahu dagang dan perahu nelayan Pangkalan ini diberi nama Pangkalan Napal atau Pangkalan Bangsali.

           Beberapa tahun kemudian Puyang Beremban Besi wafat dan berwasiat agar dimakamkan di hilir dusun (kira-kira dua kilometer dari Boom Berlian) teernyata di tempat makam beliau ditumbuhi nipah kuning. Setelah wafatnya Puyang Beremban Besi kemudian Bujang Merawan dan Cahaya Bintang pun mengundurkan diri karena sudah tua dan sering sakit-sakitan.

           Akhirnya kepemimpinan beralih ke tangan Thalib Wali. Kemudian Thalib Wali menunjuk dua orang yaitu Puyang Rantau Pendodo sebagai kepala pemerintahan dan Muning Cana sebagai orang yang gagah berani.

           Thalib Wali ini bernama Munai maka orang-orang desa ini memanggil beliau dengan sebutan 'Muning Munai'. Karena perkembangan desa dan keadaan pemerintahan yang kurang memadai, maka Thalib Wali mengambil kebijaksanaan bersama musyawarah rakyat setempat untuk memilih wakil-wakilnya, mereka yang terpilih adalah Ngunang sebagai Rio (kerio) Desa inni untuk pertama kalinya. Kemudian Thalib Wali ditetapkan menjadi khotib yang mengemban tugas agama sebagai pencatat nikah, tolak, dan rujuk, mengurus kelahirran dan kematian serta mengurus persedekahan rakyat.

          Beberapa tahun kemudian Tuan Bangsali menilai adda beberapa orang yang pandai ilmu agama islam mereka adalah Thalib Wali dan Dul.
          Sedangkan Dul berasal dari Talang Majapani (Lubuk Rengas) dan kedua orang ini diajak pergi haji ke tanah suci Mekkah dengan menggunakan perahu layar. Setahun kemudian mereka yang pergi haji tersebut kembali ke desa ini, yaitu Serumpun Pohon Paojenggih dan Serumpun Pohon Beringin Nyusang.

          Dengan ketentuan harus ditanam di dusun, pohon Poejenggih ditanam di sebelah kiri naik dan Pohon Beringin Nyusang ditanam di sebelah kanan naik, sedangkan Dul membawa serumpun Maje, dari tahun ke tahun dusun ini terus mengalami kemajuan dan masih tetap bernama 'Talang Gelumbang' dan pangkalannya masih tetap bernama Pangkalan Bangsali.
           Setelah 40 tahun, wafatlah Kerio Ngunang, kerena perkembangan dusun sangat pesat maka dipilih seorang pasira (Depati) oleh Susuhunan Raja-raja Palembang, yang kedudukan di dusun Limau.

           Menurut ceritanya, Dusun Limau ini dibuat oleh anak dalam Muara Bengkulu. Rio ayung seorang anak dari Mangku Bumi Kesultanan Majapahit padda waktu Majapahit jatuh kekuasaannya, maka kelima anak dari Mangku Bumi melarikan diri ke Sumatera yaitu yang tertua ke daerah Sung Sang bernama Ratu Senuhun, yang kedua di daerah Limau bernama Rio Bayung, yang ketiga di daerah Betung bernama Rima Demam, dan dua orang wanita di daerh Abad Penungkal (Air Hitam).


Ratu Senuhun pada waktu berlayar perahunya tersangsang (tersangkut) dan tidak bias turun lagi, maka daerah tersebut dinamakan Sung Sang, tetapi sebenarnya adalah Sang-Sang, sedangkan Depati Bang Seman, anaknya yang menjabat sebagai depati, namun istrinya meninggal, maka Depati Buta, karena matanya buta sebelah, tetapi kewibawaannya tinggi dan pergaulannya sangatlah luas, maka orang-orang hormat padanya. Setelah tujuh tahun beliau memegang tampuk pemerintahan, kemudian beliau sakit dan wafat.
            Setiap dusun yang ada Rio (kepala desaa) harus mempunyai seorang khotib, yang bertugas mencatat nikah, tolak, rujuk, kematian, kelahiran, dan persedekahan rakyat. Perhubungan laut di Dusun Limau sulit untuk dijangkau maka diambil suatu kebijaksanaan bahwa pemerintahan Stap Pasirah dipindahkan ke Dusun Galang Tinggi. Dusun Galang Tinggi konon ceritanya dibuat oleh si Pahit Lidah, setelah di dusun Galang Tinggi diadakan musyawarah dan hasil musyawarah itu terpilihlah Depati Jebah sebagai depati pertama di dusun Galang Tinggi, lima tahun kemudian Jebah wafat dan digantikan oleh depati Renyab.
             Konon kabar di suatu desa yang bernama dusun Galang Tinggi, dusun ini dibuat oleh seorang yang sangat sakti mandraguna karena apa yang diucapkannya akan menjadi misalnya, seekor gajah yang sedang menyeberang laut si Pahit Lidah berucap menjadi batu maka gajah itupun akan berubah menjadi batu dan banyak lagi kejadian-kejadian yang lain. Oleh karena itu, dia dijuluki si Pahit Lidah dan bukti-bukti peristiwa itu masih dapat kita saksikan sampai sekarang. Di dusun Galing Tinggi ini kemudian ada pertarungan untuk memilih depati harus dengan keputusan musyawarah bersama, maka terpilihnya seorang yang bernama mentadi. Mentadi adalah saudara kandung ibu Depati  Berdin yang bungsu Thalib Wali bernama Mentadi dipilih menjadi depati.
            Setelah lebih kurang empat tahun Mentadi menjadi depati di Tanjung Menang terjadi kemarau panjang selama Sembilan bulan. Pada waktu itu kayu bergesekan maka keluarlah api, pada saat itu pula Mentadi sedang membuat sebuah ladang ketika ia membakar ladangnya untuk dibersihkan ternyata api itupun menyebar luas lalu membakar hutan-hutan dan kampong-kampung kecil sekitarnya ada dua rumah yang  di dalamnya ada orang tua yang sedang sakit dan anak berumur dua tahun ikut terbakar dan meninggal dunia.
            Karena peristiwa itu maka Depati Mentadi dijatuhi hukuman oleh hakim pada waktu itu, dia dihukum selama tiga tahun penjara dan diberhentikan sebagai depati. Penjara (obak) itu dinamakan Macan Lindung, akan tetapi Mentadi mempunyai sahabat karib yang bernama Marem Bubok dan Jamaer yang nama aslinya Tamsi.
            Kedua sahabat Mentadi mengharap pengadilan akan menemani Mentadi selama dalam penjara, pengadilan pun memperbolehkan, akhirnya hukuman Mentadi diputuskan hanya satu tahun berkat bantuan sahabatnya itu. Setelaah Mentadi berhenti dari jabatannya sebagai depati, maka dari hasil musyawarah terpilihlah pak Betiah sebagai depati dan beliau digelari sebagai Depati Bungkuk, saying beliau ini buta huruf dan hanya bisa menjabat depati selama tiga tahun.
            Semasa pemerintahan Depati Bungkuk Palembang telah jatuh kepada pemerintah Hindia Belanda. Kemudian Depati Bungkuk berhenti hasil musyawarah terpilih kembali Mentadi sebagai Depati untuk jabatan selama dua puluh tahun. Pada masa kepemimpinan Depati Mentadi pejabat-pejabat pemerintah Hindia Belanda dating ke dusun Tanjung Menang dan menanyakan mengapa nama dusun ini Tanjung Menang dan nama Pangkalannya adalah Pangkalan Bangsali, Depati Mentadi menerangkan bahwa dinamakan Tanjung Menang karena dusun ini telah berhasil memenangkan peperangan melawan Lanun (bajak laut) sedangkan Pangkalan Bangsali karena dibuat oleh Tuan Bangsali sendiri.
            Setelah Pemerintah Hindia Belanda mendengar alasan yang dikemukan oleh Depati Mentadi, maka mereka mengadakan musyawarah untuk mengubah nama dusun Tanjung Menang menjadi Pangkalan Bali oleh karena dusun Tanjung Menang mempunyai Balai maka namanya pun diubah menjadi Pangkalan Balai. Pangkalan Balai adalah pelabuhan Balai tempat pertemuan oleh karena itu, Pangkalan Balai mempunyai arti tempat berlabuh yang digunakan untuk pertemuan-pertemuan.
            Itulah asal usul nama kota Pangkalan Balai yang terletak di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan yang sekarang menjadi ibu kota Kabupaten Banyuasin sejak 2002.

Munai Sang Srikandi

          Alkisah tersebutlah cerita tentang kekejaman bajak laut di Selat Malaka yang terkenal sejak zaman Hangtuah. Wilayah kekuasaan bajak laut atau yang disebut Lanun telah menyebar sampai ke perairan Kesultanan Palembang. Sebelumnya, Puyang Beremban Besi seorang tokoh masyarakat di daerah Banyuasin pernah menumpas para bajak laut ini, sayangnya Lanun atau bajak laut yang masih hidup dilepas begitu saja pulang ke tempat asalnya. Dari cerita-cerita tersebutlah, entah generasi ke berapa para Lanun atau Bajak Laut datang kembali dengan kekuatan penuh dengan persenjataan yang lengkap mendatangi dusun Talang Gelumbang yang sudah aman, tentram dan damai, dengan tujuan merapas harta kekayaan penduduk di wilayah tersebut.

          Sejak awal berdirinya dusun Talang Gelumbang telah mempunyai perangkat dusun berupa Pemimpin Keamanan, Pemimpin Kemasyarakatan, dan Pemimpin Adat. Di bawah kepemimpinan perangkat dusun inilah, mereka bebas berusaha, bertani, dan merantau meninggalkan kampung halaman untuk mencari nafkah. Ternyata kedamaian di dusun tersebut terusik dengan datangnya bajak laut atau Lanun yang sangat kejam dan berilmu sakti bernama Minak Raden.
          Inilah awal perjuangan sang Srikandi Munai.

          Munai adalah seorang gadis biasa yang berasal dari keluarga terhormat, dia adalah putri dari Thalib Wali pemimpin dusun Talang Gelumbang. Menurut cerita ia adalah gadis yang sangat cantik di dusun tersebut, kulitnya putih kuning dan rambutnya panjang ke lutut.
kecantikannya sudah menjadi buah bibir orang dusun tersebut, bahkan terdengar sampai ke dusun sekitar. Perihal kecantikannya Munai pun sudah diketahui keluarga Kesultanan Palembang. Salah satu Pengeran bermaksud meminang Munai untuk dijadikan sebagai selir, dan rencana ini pun ditentang dan ditolak oleh orang tua Munai, yaitu Thalib Wali yang dikenal sebagai orang yang sakti. Thalib Wali sadar bahwa penolakkanya terhadap keluarga kesultanan untuk menjadikan anaknya sebagai selir akan membawa petaka. Oleh karena itu, langsung saja diterima ayahnya. Sejak saat itu Munai resmi bertunangan. Keesokkan harinya ayah Munai Thalib Wali pergi ada urusan ke dusun seberang.

          Menurut tradisi atau adat istiadat setempat, apabila seorang perempuan sudah dipertunangkan harus mematuhi ketentuan adat, yakni 'Ayam Sikok Belumbung Duo' artinya keluarga kedua belah pihak harus menjaga calon pengantin terutama perempuan, ia tidak diperkenankan mandi sendirian ke sungai, tidak diperkenankan masuk hutan dan pantangan-pantangan lainnya, apabila ingin pergi hajatan ia harus di temani kawan-kawan remajanya termasuk kebiasaan menjemur padi, menumbuk padi dan sebagainya. Seperti biasanya Munai dan remaja lainnya sedang menjemur padi, sedangkan tunangannya bekerja di sekitar dusun itu juga membelah kayu atau puntung untuk digunakan sebagai bahan bakar persedekahan. Pada saat itulah orang-orang berlarian, berteriak, "Ada Lanun" alis Perampok Bajak Laut.

          Para bajak laut itu datang dengan rombongan lebih kurang 150 orang yang dipimpin oleh Minak Raden memasuki dusun Talang Gelumbang, mereka masuk ke rumah-rumah menyendera laki-laki dan perempuan serta merampas harta benda yang ada. Laki-laki diikat dan disiksa sedangkan perempuan dikumpulkan pada suatu tempat. Akhirnya para Lanun datang ke tempat Munai dan kawan-kawannya. Betapa terkejutnya Minak Raden melihat kecantikkan Munai yang menurutnya tidak ada bandingannya, lalu ia berkata "Rupanya ada bunga rupawan di sini, sayang sekali kalau tidak dimanfaatkan akan kujadikan istriku",
mendengar perkataan Minak Raden, tunangan Munai menjadi naik pitam, marah dan langsung mengayunkan kapak pembelah kayu ke arah Minak Raden, tapi Minak Raden tidak terluka. Melihat kejadian tersebut anak buah Minak Raden langsung menangkap tunangan Munai dan berusaha untuk menyiksa bahkan membunuhnya. Pada saat genting tersebutlah Munai berkata " Nanti dulu tuan-tuan yang terhormat, saya mohon orang-orang dusun kami jangan disiksa dan dibunuh, silahkan ambil semua yang tuan kehendaki, tetapi jangan kami disakiti". Kemudian Minak Raden berkata lagi "Baiklah kalau begitu, tapi ada satu syarat, engkau harus bersedia menjadi istriku, aku kaya dan sangat berkuasa".
"Aku bersedia menjadi istrimu, asalkan dilamar secara baik-baik dan diramaikan melalui persedekahan yang meriah". jawab Munai.
Mendengar pernyataan Munai, tunangannya sangat kecewa dan timbul kesan bahwa Munai senang pada lelaki yang banyak istri dan sudah tua. Kemudian ia langsung lari masuk hutan karena kecewa. Melihat kejadian tersebut Munai hanya terdiam.

          Kemudian Munai dengan wibawanya memerintahkan orang-ornag dusun untuk menyiapkan keromongan menyambut tamu, memotong kerbau, menghibur tamu-tamu dengan kesenian. Semua remaja dan ibu-ibu rumah tangga diperintahkan untuk bergotong-royong masak nasi, daging kerbau dan lain-lain. Khusus makanan para tamu langsung dimasak sendiri oleh Munai. Ketika makan-makan berlangsung, para tamu dihidangkan makanan yang lezat, karena mereka jarang menikmati mekanan tersebut, mereka makan dengan lahapnya seluruh lauk pauk yang dihidangkan habis dimakan.
           Setelah makan dan menikmati hiburan mereka tertidur pulas, sampai keesokkan harinya tidak ada yang terbangun. Kemudian menjelang siang, Thalib Wali orang tua Munai pulang dari dusun seberang setelah diberitahukan oleh tunangan Munai, Thalib Wali memeriksa semua lanun atau bajak laut yang tertidur ternyata semuanya sudah mati, kecuali sang pemimpin Minak Raden karena ia sakti ia pun tidak ikut mati.

          Tipu muslihat yang dijalankan Munai memang hebat, khususnya untuk tamu-tamu bajak laut, ternyata lauk pauk daging kerbau ia campur dengan otak gajah yang sudah tersedia dirumahnya, otak gajah ini adalah racun yang dapat membunuh secara perlahan-lahan.
          Minak Raden melihat seluruh anak buahnya mati ia merasa tidak berani dan mohon ampun kepada Thalib Wali dan ia diizinkan untuk meninggalkan dusun Talang Gelumbang, langsung masuk hutan dan menghilang.

          Akhirnya semua orang memuji kecerdasan dan taktik yang diperankan Munai dan tunangannya sendiri yang semula sakit hati dan kecewa memuji keberanian Munai, akhirnya ratusan mayat bajak laut tersebut dipenggal dan dipisahkan badan, kepala, dan kaki lalu dibuang ke suatu tempat yang terlindung atau menjolok ke dalam (gaung) bernama Suak, karena baunya menyengat, Suak tersebut dinamakan Suak Bangkai di kampung Napal kelurahan Pangkalan Balai Banyuasin Sumatera Selatan.
          Untuk mengenang kepahlawanan Munai. Maka nama Munai diabadikan sebagai nama lapangan bola kaki yaitu 'Munai Serumpun' dan beberapa sendra tari yang banyak diperagakan oleh generasi muda sekarang.